Infolampung.net | Lampung Utara – Menelisik jejak perjalan mulai berdirinya perusahaan ayam petelur yang ada di Dusun 10 Baru Jaya, Desa Madukoro, Kecamatan Kotabumi Utara yang saat ini telah menghasilkan Ribuan Butir Telur perhari dan terus berkontribusi untuk masyarakat di berbagai kegiatan sosial.
Sejarah singkat perusahaan ayam petelur ini, dirangkum dari beberapa narasumber setelah tim media ini melakukan konfirmasi pada, Kamis 20 Februari 2025.
Menurut keterangan Kepala Produksi CV. Hanura Jaya, Kasim, perusahaan tersebut mulai berdiri sejak tahun 2007 lalu dan terus melakukan perkembangan sesuai zaman.
“Sejarah berdirinya pabrik ini, sebelumnya merupakan pabrik ayam boiler pada tahun 2007. Karena ada inflasi harga kami beralih menjadi ayam petelur di tahun 2012, dan baru ada kemajuan pada tahun 2013, ya itu baru mulai berkembang,” ujarnya.
Sebelum berdirinya pabrik ini, lanjutnya, mengenai izin-izin usaha atau legalitas sudah kami lengkapi, baik itu dari izin lingkungan hingga legalitas lainnya.
Dari tahun 2012 sampai 2025 itulah perusahaan tersebut terus mengikut perkembangan zaman, ya itu dengan adanya kandang modern. Untuk jumlah kandang saat ini sudah ada 8 kandang ayam modern, paparnya.
Diperjalanan ini, lanjut Kasim, pihak perusahaan juga terus melakukan berbagai kegiatan sosial dengan memposisikan diri sebagai salah satu penyupot.
Seperti berkontribusi dalam kegiatan bersama masyarakat dengan melakukan penambalan jalan rusak, ikut dalam kegiatan mengantisipasi wabah. Sebagaimana dibeberapa tahun lalu, dengan ikut serta sebagai peserta di dapur umum pada masa covid 19.
Selanjutnya, program rutin lain, dengan mendistribusikan pembagian telur kepada warga sekitar. Ya itu dengan memberikan satu sak atau 30 butir telur setiap rumah dan sekarang berubah menjadi setiap kepala keluarga (KK).
Pernyataan Kepala Produksi CV. Hanura Jaya Persada, Kasim tersebut senada dengan cerita Mbah Broto salah seorang tokoh masyarakat Desa Madukoro.
Berdirinya perusahaan ayam petelur yang bermula dari kandang ayam potong itu tentunya setelah mendapatkan izin lingkungan dari masyarakat setempat.
Tidak hanya itu, lanjut Mbah Broto, dalam pelaksanaannya juga pihak perusahaan melibatkan warga desa itu juga.
“Sejak berdiri perusahaan ini sudah melibatkan warga sini, sebagai pekerjanya, dan itu sampai sekarang masih banyak warga yang bekerja di sini,” kata Mbah Broto.
Bahkan untuk pasilitas umum yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak pihak perusahaan juga masih terus berkontribusi. Seperti pengadaan lampu jalan, gunanya untuk penerangan jalan, dan perbaikan jalan-jalan lingkungan yang rusak pun pihak perusahaan sampai sekarang berkontribusi memberikan bantuan.
Informasi terbaru, lanjut Mbah Broto, warga daerah itu juga mengajukan 6 item permintaan dan kabar itu juga sudah direspon oleh pihak perusahaan.
Dijelaskannya, ke enam item permintaan warga itu diantaranya pembagian telur perkepala keluarga (KK) sudah berjalan, lampu jalan, sudah disiapkan, perbaikan jalan juga sudah berjalan, membatasi populasi dan pembelian pupuk 50 persen khusus warga dan yang terakhir warga minta dibangunkan tempat pendidikan anak (TPA).
“Nah, di poin terakhir ini, yang masih belum ada keputusan. Karena pihak perusahaan siap memberikan bantuan berupa material tapi kabarnya warga meminta secara tunai,” ujar Mbah Broto.
Terkait persoalan ini, Camat Kotabumi Utara, M Thoha ketika dikonfirmasi mengatakan, dirinya sebagai kepanjangan tangan pemerintah daerah tetap berdiri prinsip pemerintahan.
“Pendirian saya selaku pemerintahan tidak berpihak kesana dan kesini, dan sudah saya mediasi antara mereka berdua belah pihak. Karena kalau untuk kepentingan masyarakat saya siap di depan, dan mediasi itu sudah tiga kali kita lakukan,” ujar M Thoha.
Dijelaskannya, setelah ada pengaduan dari perusahaan, dan mereka cerita, saya panggil masyarakat yang saat itu ada sekitar 9 orang.
Pada saat itu saya menanyakan keinginan warga itu apa, sehingga keluarlah enam item permintaan tersebut.
Sebenarnya pihak perusahaan sudah menyanggupi semua poin itu, tapi untuk pembangunan TPA, ya itu lah kendalanya, pihak perusahaan mempunyai mekanisme pengeluaran biaya dan peruntukannya sementara ada warga yang meminta secara tunai.
“Sampai sekarang belum ada kejelasan keputusan tentang poin terakhir, karena belum disepakati diantara warga dengan pihak perusahaan,” ungkap M. Thoha.
Ditempat berbeda, Nanang Hanafi Rozali salah seorang warga yang tinggal di lingkungan dekat kandang ayam tersebut mengatakan, dirinya berada di daerah itu sejak tahun 1990 lalu, dan orang tuanya juga salah satu masyarakat yang menyetujui keberadaan kandang ayam petelur tersebut.
“Untuk warga penduduk di sini, ada sekitar 85 kepala keluarga. Dulunya, cikal bakal perusahaan ayam ini selain milik warga secara pribadi berdiri dua bangun kandang di dua lokasi,” kata Nanang.
Masyarakat harusnya sudah tau dan sudah ada izin dari warga soal pendirian kandang ayam itu, lanjutnya.
Mengenai keluhan warga atas adanya kandang itu, terkadang memang timbulnya penciuman terkesan bau, dan disaat ada aroma tersebut kita langsung koordinasi dengan pengelola kandang kalau ada keluhan warga dan langsung dilakukan tindakan.
“Untuk faktanya, hari ini kita bisa merasakan,” ucapnya, seraya memperlihatkan suasa dan situasi tentang isu aroma yang tidak enak di cium yang faktanya dalam kondisi normal tersebut. Karena wajar-wajar saja jika suatu waktu aroma tidak sedap terlintas di daerah setempat. Tapi itu hanya sesekali tidak setiap saat.
Sedangkan terkait transportasi yang melalui jalan masyarakat yang melebihi tonase, secara lugas Nanang mengatakan, “Tidak ada muatan dari kandang itu yang melebih tonase,” ucapnya.
Truk-truk bermuatan telur itu tidak ada yang melebih tonase, truk paling berat itu cuma cold disel itu juga yang bermuatan pakan, dan itu tidak setiap hari, bahkan pihak perusahaan juga rutin melakukan perbaikan.
Mengenai permintaan warga yang meminta di bangunkan TPA, waktu itu, lanjut Nanang, dirinya pernah mempertanyakan persoalan tersebut.
“Saya pernah tanya, ada yang bisa menjamin tidak setelah berdiri TPA itu setiap harinya 30 orang anak untuk belajar di TPA itu, semua diam,” ungkapnya. Karena kalau ada yang bisa menjamin saya sanggup untuk mendirikan TPA yang diminta itu asalkan azas manfaatnya untuk warga, pungkasnya.
Sementara mengenai manfaat keberadaan perusahaan itu di daerah tersebut, Nanang mengatakan sudah jelas ada dan telah dirasakan oleh masyarakat setempat. Karena tenaga kerjanya masih memberdayakan masyarakat sekitar dan kontribusi untuk warga juga terus berjalan. (Ibnu & Tim)